Jika anda mengira Jade Indopratama adalah perusahaan yang besar dari awal didirikan, anda salah. Nyatanya Jade juga memiliki proses yang sama dengan usaha atau bisnis lainnya. Sama-sama memulai dari titik 0.

Dimulai dari usaha kakak beradik di tahun 1989, Rachmad Santoso dan Anton yang menekuni dunia sablon kecil-kecilan dengan menyewa sebuah lorong sempit sebuah Sekolah Menengah Pertama. Disitulah terbentuk pula sebuah bisnis yang diberi nama Jade Printing.

Untuk mendirikan Jade Printing penuh dengan perjuangan dan rintangan, semua tidak berjalan dengan mulus. Hingga tahun 1991 Jade Printing merubah nama menjadi Jade Indopratama.

Kemudian di tahun 2002, Jade semakin memperkuat dan memperluas usaha dengan membeli seluruh lahan SMP yang dulunya menjadi tempat awal usaha mereka. Di tahun ini pula Jade membuat badan usaha menjadi CV. Jade Indopratama.

Tidak hanya berhenti di situ, tentunya Jade juga ingin semakin meningkatkan usahanya dengan membuka cabang baru. Sehingga di tahun 2004 terbentuklah Lintang Khatulistiwa yang berfokus untuk memenuhi kebutuhan pemasangan, perijinan dan konstruksi billboard.

Tahun 2008, Jade mendirikan Indigo Digital Output untuk mensupport segala kebutuhan dunia digital printing baik indoor maupun outdoor.

Tahun 2014, J Entertainment mulai didirikan dengan tujuan untuk lebih mendekatkan diri dengan pasar. Jade berupaya menciptakan kegiatan CSR berbalut EO.

Dan yang terakhir, di tahun 2016 Jingga Digital Creative di dirikan untuk memenuhi kebutuhan dunia kerja yang semakin kreatif dan dinamis. Jingga Digital Creative lebih berfokus kepada pembuatan merchandise dan branding.

Dengan terbentuknya semua unit usaha Jade Indopratama ingin memperkuat konsep One Stop Production / Shopping, dimana Jade mampu menyediakan pelayanan berbagai kebutuhan promosi bagi klien atau perusahaan yang membutuhkan konsep promosi ataupun kebutuhan Marcomm.